Uncategorized

頑張ろう東日本!

wpid-fotor_139350149123363.jpg
foto ini diambil di dekat sekolah yang terkena hempasan tsunami di daerah yamamoto 山元、kalau tidak salah nama SD tersebut adalah Nakahama. Lokasinya sekitar 55 km dari fukushima.

untaian kertas kuning yang diikat ke pohon itu adalah untaian berisi pesan dr berbagai pengunjung yang datang ke sekolah tersebut kepada anak anak dan masyarakat di yamamoto untuk terus berjuang meskipun tsunami pernah menghempaskan tanah hidup mereka.

Ganbaro Higashi Nihon!
saya ga tau bisa membantu kalian dengan cara apa membantu menyebarkan semangat bangkit kalian adalah hal terkecil yang bisa saya lakukan.

Btw, kalau kalian mau berkunjung ke sekolah itu bisa lho, karena sekolah itu dibiarkan seperti aslinya. Tidak atau belum di rombak.

Mungkin untuk mengenang perjuangan anak-anak SD Nakahama saat  bertahan hidup di tengah gempuran tsunami.

hidup

Tiba tiba kepikiran

image

Ada satu hal yang nonjok dr Jepang adalah usaha mereka dalam melestarikan budaya tradisional sejak dini.
Gambar di atas adalah tarian tradisional jepang yang ditampilkan untuk menyambut kedatangan anak-anak Tokodai yg datang ke Kota Kakuda untuk merasakan hidup di daerah pedalaman.yah,yang dimana tidak terlalu pedalaman kalau dibandingkan dengan indonesia.
Tarian tradisional tersebut di iringi oleh dentuman asik gendang jepang yang disebut taiko.
Nah,anak yang menabuh gendang taiko ternyata itu sudah berlatih taiko sejak umur 3 sd sampai dengan sekarang tingkat 1 kuliah.
Gokil ga sih sob? *sok akrab
Ketika dulu saya melakukan pertukaran pelajar ke kanazawa pun,saya akrab melihat anak-anak belajar alat musik tradisional sejak kecil. Mungkin diajarin dari anak tersebut bisa jalan kali ye.
Terlepas dr tradisional atau modern,kabar burung jepang mengatakan (iyah ini kabar nya dr burung jepang bukan indonesia.krik) kalau misalnya anak yang lulus sd di Jepang itu ga mungkin ga bisa nguasain 1 alat musik.
Yah mirip2 lah ya sama anak Indonesia yang bisa main suling.

Saya jadi kepikiran deh nanti kalau punya anak ingin sedini mungkin didekatkan dengan alat musik dan tarian tradisional. Anak sholeh dan sholehah yang bisa bermain alat musik tradisional. Bakal cool ga sih?

Semoga niat saya ini dibarengi dengan fasilitas belajar yang menunjang,semoga memang kelas belajar gamelan,kelas belajar suling bambu memang ada.aamiin.

hidup, Jepang

image

Menemukan toko ini di sekitar Shibuya kemarin. Entah kenapa begitu melihat bagian Shibuya ini,saya merasa makin dekat dengan Shibuya.
Merasa akhirnya,ah saya akhirnya melihat sisi mu yang lain wahai Shibuya. Sisi yang jauh dari kesan glamor.

image

Mnemukan cafe ini di shibuya kemarin. Lagi,saya merasa makin dekat dengan shibuya. Ternyata banyak kafe yang terselip2 di antara megahnya 109,OIOI,Tobu Plaza,dan gedung bertingkat lain.

image

image

image

Melihat Graffiti ini di Shibuya kemarin. Lagi saya makin merasa dekat dengan Shibuya dan orang Jepang. Saya akhirnya menganggap mereka setara dengan manusia lainnya.
Sama sama ada perasaan ingin mlanggar peraturan, sama sama ingin jahil.

image

image

Melihat bapak ini kemarin di Shibuya. Sekali lagi,saya merasa lebih dekat dengan orang Jepang. Saya merasa kita sama. Sama sama harus berjuang keras untuk hidup. Meskipun sepertinya tidak ada yang mendengarkan promosi bapak tersebut, dia tetap semangat tinggi teriak.

image

Melihat kumpulan sepeda terparkir di bawah jembatan layang, kemarin di Shibuya. Berbeda dengan foto foto sebelumnya, ketika melihat ini saya merasa lebih tidak mengenal Jepang.
Kenapa mereka mau saja parkir sepeda di tempat yang ‘gelap’ seperti shibuya? Kenapa mereka tetap saja rapi bersepeda padahal disana tidak ada polisi?
Ah. Jepang ternyata belum sama seperti saya. Jepang ya tetap Jepang.
Se ‘freak’ apapun sisi shibuya bisa terungkap,tetap Jepang itu negara yang aman dan rapih.

Foto foto di atas ini diambil acak sekali selama satu jam. Pukul 13.20 sampai 14.20 kemarin sembari menunggu prtujunkan shamisen di hotel dekat Shibuya.

Berfikir lama apakah lebih baik berteduh di kafe ataukah lbih baik berjalan jalan di sekitar. Dan nampaknya berjalan jalan di sekitar itu pilihan yang cukup arif.

Siapa sangka dalam 1 jam saya bisa melihat jepang dari sisi lain?