hidup, Kampus

Kalau Kyoko (dan adek2nya) penasaran Ibu di kampus ngapain aja…(Episode 1)

Perhatian: yang tertulis dalam pos ini adalah kejadian yang terjadi antara 2008-2011, informasi dan cerita yang tercantum mengenai keadaan program studi dan kampus sangat mungkin tidak relevan jika dihubungkan dengan kondisi saat ini. 

 

Halo Kyoko, Assalamualaikum, wah hebat ya udah bisa browsing internet hahahaha. Sengaja nih ibu buat pos ini, biar ibu ga lupa tentang kehidupan ibu jaman masih muda belia nan besar dahulu wkwk. Soalnya kalau kamu udah jaman masuk kuliah, ibu udah umur berapa coba? nanti lupa deh sama memori terdahulu ceritanya jadi ga asik.

Halo juga adek2nya Kyoko, hayo jangan kelamaan ngeliat komputer ya! (tetep galak yah ibunya)

Btw (By the way ahahha-ah masa kamu ga ngerti) Nanti kalau misalnya wordpress udah punah 18 tahun lagi, ya semoga ibu nyimpen draft blog nya di komputer ya (itupun kalau komputer juga belum punah wkwk). Duh ini pos tuh harusnya sendu2 gimana kok jadi banyak wkwkw nya yah wkkw.

Berhubung Ibu itu sebenernya pelupa, jadi ibu cerita dari foto-foto aja ya. Kalau ceritanya ibu loncat-loncat, udah kamu ga usah protes, terima aja. Okeh, kita mulai aja ya sis..

Kenapa ITB

Sesungguhnya Ibu kamu ini orangnya pasrah pas mau menuju kuliah. Ibu itu ikut beberapa kali tes masuk universitas dan alhamdulillah dikasih tau Allah SWT gimana perasaan gagal test beberapa kali. Ibu dulu daftar masuk FK dan FKG UGM, ga lolos. Dulu pernah daftar UI Farmasi, Arsitek dan apaa gitu, enggak lolos juga. USM ITB pertama daftar SAPPK, SF dan FSRD Seni Rupa (wah kamu kaget ya ibu tertarik FSRD? sebenernya Ibu dari dulu suka banget melihat desain interior rumah, suka main program komputer tentang mendesain rumah, dari bocah suka bacain majalah ASRI dan ngeliat gambar-gambar arsitek dan disain interior. Mungkin sedikit terpengaruh Datuk yang walaupun bekerja di bidang sipil tapi punya  kesukaan “ngarsitek” yang cukup kental)

Tapi atas izin Allah SWT, ibu baru diloloskan di USM ITB kedua, waktu itu sebelum memutuskan program studi yang akan ibu daftar, Datuk dan nenek mengajak ibu pergi ke ITB. Disitu Datuk dan Nenek masuk ke dalam gedung SBM (Sekolah Bisnis dan Manajemen) dan terpukau dengan fasilitas dan program belajar yang ditawarkan. Datuk dan nenek yang awalnya ragu untuk memasukkan Ibu ke SBM karena biaya kuliah nya yang kayak mau beli pulau (boong deng wkwk), jadi berfikir ulang. Waktu itu Nenek bilang ” Insya Allah kalau rejeki masih bisa dicari, daftar aja SBM”.

Mungkin waktu itu muka ibu udah keliatan mupeng kali ya. Kyoko tau mupeng apa ga? Ah ga gaul 2033 nih, maksudnya “Muka Pengen”. catet yah. Oh iya, Saat Malam menuju USM ITB kedua tiba, waktu itu Ibu dan nenek menginap di hotel Bukit Dago, hotel deket Dayang Sumbi yang strategis untuk tempat menginap saat ujian. Ibu malam-malam nya nangis, karena ga kebayang bakal nge-kos dan tinggal jauh dari orang tua, saat itu Ibu minta ke Allah SWT kalau memang ITB itu tidak baik buat Ibu, jangan ibu diloloskan di USM ini.

Eh, ternyata Masya Allah, Kata Allah SWT,  ITB adalah jalan terbaik buat Ibu. Akhirnya Ibu dengan style yang akhwat SMAN 39 pisan hihi berpetualang bareng dengan Tante Fira, sohib ibu sejak SMA itu. Kami berpetualang di Bandung, kota yang sukses bikin ibu pengen pindah tinggal permanen disitu kalau udah berkeluarga (eh tapi ibu dapetnya ayah yang basis “karir”nya ingin di depok wkwk)

Kami, Ibu dan Tante Fira, me-ngekos bareng di Jalan Bangbayang 23A. Disitulah perjalanan yang mengubah hidup dimulai. Nah, dari sini, ibu mulai cerita dengan foto-foto ya (kalau ibu inget wkwk)

Menjadi NIM 190 di ITB (2008-2011)

Kosakata yang mungkin membingungkan>> SBM: Sekolah Bisnis Manajemen

Sesungguhnya, masuk SBM adalah masa adaptasi terberat Ibu selama ibu mengecap pendidikan. Serius, bahkan lebih berat dibanding adaptasi awal ibu di Jepang saat exchange di kanazawa ataupun di Tokyo Tech Dahulu saat S2.

Masuk Sekolah Bisnis Manajemen dengan teman-teman yang memang Masya Allah pintar dan ternyata punya gaya hidup yang jauh berbeda dengan Ibu, membuat Ibu harus lebih banyak mengevaluasi diri dan membuka diri. Bukannya tanpa air mata dan rasa marah, Ibu disini pun beberapa kali kena “diledek” dan “ditekan” oleh teman, dan merasa kuper ataupun rasa percaya diri ada di titik 0. Namun, Alhamdulillah ternyata, dengan bantuan teman-teman SBM pun, Ibu bisa menjadi orang yang menurut Ibu sih, bisa terbuka dan menerima pandangan yang berbeda dengan Ibu yang dulu, duile. (Kyoko pasti mau ngomong gini ya “Ih ibu kok muji diri sendiri!” bukan itu maksudnya, ah susye dah)

Dulu katanya, yang sekolah di SBM itu cuman putri dan pangeran, maksudnya ini merujuk ke angkatan di atas ibu ya. Trus, mulai keliatan “terusik” si image SBM ini, begitu  angkatan ibu yang “muka-muka” nya mirip anak tenik kayak Ibu masuk wkwk. (asyem ya, tapi kata senior ibu sih begitu). Gap antara anak SBM dan non-SBM, Ibu akui sangat terasa saat itu, katanya saat ini sudah tidak seperti itu, alhamdulillah jaman sudah berubah semakin baik ya Kyoko 🙂

Masuk pertama ke SBM, Ibu kaget dengan penampilan teman-teman Ibu, pun selayaknya mereka kaget ngeliat orang kayak Ibu kok bisa ada di SBM hahaha. Btw ibu dulu penampilannya “akhwat banget” deh Kyoko, ga berani pake baju asimetris aneh-aneh kayak sekarang. Saat ibu awal berada di SBM, ibu kaget kok ada ya temen ibu yang hampir setiap hari ke salon, salon mahal pula. Kok bisa ya tas Longchamp yang harganya menurut Ibu mahal banget itu dipunyai 3/4 anak perempuan angkatan Ibu. Kok bisa ya temen-temen ibu kayak butik berjalan :D. Pemandangan awal yang terlihat luar biasa mengagetkan dan lama-lama menjadi biasa.. (Ini hal baik atau hal kurang baik ya Kyoko? hehe)

Yang paling buat ibu kesel saat awal masuk adalah orang ga percaya kalau Ibu anak SBM. Saat upacara masuk, ibu selalu disangka anak Farmasi atau anak Biologi. Ibu pernah dipeluk sama seorang senior akhwat GAMAIS ITB saat ada acara OHU (Open House Unit-kalau bingung, coba tanya Mamak Dhika), pas begitu tahu ibu mau daftar GAMAIS dan ibu dari SBM. Apa mereka kaget ya kok anak SBM dekil kayak Ibu? wkwk.

Dulu saat masa-masa pertama kali masuk kuliah, Ibu dikumpulkan di lounge oleh senior. yang berada di seberang kampus utama SBM. Disitu ibu dikumpulkan oleh senior dan diberitau bahwa “Kalian sebagai anak SBM harus kompak, karena kita akan “ditekan”( hmm apa ya kotoba atau kata yang sesuai, seinget dulu sih pakai kata “ditekan” ) oleh anak-anak ITB, jadi kita harus kompak dari dalam”.

Sungguh ini senior yang aneh. Mungkin kalau senior Ibu ini yang sekarang udah jadi Tante dan Om mendengar kata2 ini, mungkin mereka malu atas kata-kata yang dulu dilontarkan. Ya gimana, masa anak ITB menggencet anak ITB lain, kan ga lucu. Mungkin senior ibu ingin menyiapkan mental “anak SBM” jika merasa “diasingkan”, padahal mungkin tanpa sadar kita yang “mengasingkan” diri ya? hehehe

Melihat yang ganjil dengan hubungan “SBM dan mahasiswa ITB jurusan lain”, justru membuat ibu makin penasaran. Penasaran itu ibu wujudkan dengan mengikuti kegiatan kumpul-kumpul dengan anak baru ITB yang lain. Ibu ingat sekali, kesal rasanya saat semua program studi di absen oleh Kakak Kelas, SBM itu lupa disebutkan.

Ibu bilang saat itu “Kak, mana SBM kok ga disebut?”, lalu senior dan teman-teman Ibu yang ikut kumpul kaget, kok ada anak SBM yang ikut kumpul seperti ini. Ibu harusnya lebih kaget, kenapa sih mereka pake kaget?

Mungkin yang membuat kenapa SBM terlihat eksklusif adalah karena lokasi kami dan fasilitas, serta bayaran sekolah Ibu yang berbeda (beda jauh sih sebenernya). Kami (Ibu dan teman2) juga punya jatah 3 tahun untuk lulus, jadi berasa ikut kelas akselerasi. Tugas menumpuk dan presentasi yang deadline nya mirip deadline kantoran (By Email jam 12 am teng paling telat) memang membuat kehidupan kami muter disitu-disitu saja. Silakan bilang ini pembelaan, tapi saat itu memang yang kami rasakan.

Tapi sebenernya, itu bukan pembenaran untuk tidak ikut kegiatan kampus dan Ibu tahu benar itu. Sehingga Ibu dulu punya tekad yang kalau anak sekarang (maksudnya anak 2016) bakal bilang “Woelahh lebay”, yaitu: Ibu ingin mengubah image itu dan Ibu harus ikut semua kepanitiaan kampus sekuat Ibu.

Tujuan utamanya: Supaya SBM ga dianggap ekslusif. Woelah, kwkwk sederhana banget dan naif ya? tapi setidaknya dengan kenaifan itu ibu bergerak, Nak :). Lagipula kapan lagi bisa lugu kalau bukan saat menjadi Mahasiswa?

Jadi pengen cerita, lewat Datuk Ibu belajar kalau jadi mahasiswa memang masa-masa istimewa. Dulu ibu terkesima ketika datuk bercerita bagaimana Datuk memimpin mahasiswa sipil di kampus “makara” dulu untuk bergerak, bagaimana datuk mengikuti masa-masa pemilu himpunan sipil, bagaimana datuk juga berhadapan dengan dosen-dosen datuk untuk mempertahankan apa yang datuk anggap benar.

Cool pisan (park bo gum kalah lah! -maaf, ini efek pasca menonton moonlight drawn by clouds wwkwkw. Btw, Kyoko, kalau udah cukup umur, ayo kita nonton ulang bareng drama ini,semoga masih ada ya tersebar di internet wkwk).

Kyoko, saat menjadi Mahasiswa itu  adalah saatnya kita berbuat “kesalahan” karena di masa-masa itu masih bisa “dimaafkan”, lepas dari masa mahasiswa, maka kita harus sudah jadi orang dewasa sigap bijak wkkw. Makanya ibu tuh pengen Kyoko dan adek2 Kyoko nanti bener2 memanfaatkan masa-masa menjadi Mahasiswa, terutama hmm menjadi mahasiswa S1 🙂

Berkelana di ITB Dari tahun 1-3

<Tahun Pertama>

Singkat cerita (Singkat apa bu, udah 1000 kata wkw), Akhirnya dimulai lah perjalanan Ibu di Kampus Ganesha. Sebuah perjalanan yang membentuk banyak diri ibu sekarang ini. Ibu akan coba mengingat kembali dari foto-foto yang ibu Tampilkan ya, kalau tidak sesuai dengan runutan waktu, udah terima ajah deh yah wkwk.

233

(Lah, kok fotonya kecil Wakakakak)

> Ibu berusaha untuk ikut segala aktivitas yang memungkinkan, sejak ibu tingkat satu nak. Simpel nya, ibu pengen kalau jurusan ibu itu ada perwakillannya aja biar terasa 1 ITB nya. Yailah ibu kamu simpel banget yak. Ini di atas adalah ketika ibu ikut jogging bareng perdana ITB 2008, Ibu ikut acara ini barengan dengan Om Yorint, dia ketua angkatan SBM 2011 (Sekarang om yorint lagi nunggu kelahiran anak pertama nya lho hihi, “halo yor,selamat ya sebentar lagi jadi ayah). Disini, kami berusaha membangkitkan semangat 1 ITB, dan itu ibu memegang TOA, karena menurut mereka ibu cukup ga tau malu keliling2 teriak2 di kampus. dan mereka BENAR! huaahhaha.

>Lewat Forum ITB 2008 (walaupun tidak berjalan begitu lancar huhu syedih, disitulah Ibu berkenalan dengan beberapa anak 2008 yang bgitu semangatnya berorganisasi, ada motivasi yang pekat di mata mereka). Lewat forum ini ibu mengenal Tante Sausan (Srikandi nya Teknik Lingkungan, senator HMTL tahun 2010 kana? sori can gue lupa), Tante Yusi yang entrepreneur abis, dan om Brian yang galau2 ria, yang jadi orang penting di himpunan geologi.

17262_1272997878737_8302904_n

Ini adalah foto ketika akhir tahun pertama saat ibu jadi mahasiswa. Tante Fira, adalah orang yang paling ibu sering geret2 kalau ibu ingin ikut acara kampus, sebelum Ibu dan Tante Fira terpisah oleh kegiatan himpunan (osjur,dll) hiks jadinya agak susah ya cari waktu yang pas (tapi waktu pas untuk makan enak selalu ada ya fir? huahaa). Foto Ini seingat ibu diambil saat masa-masa Tante Fira baru saja dilantik sebagai anggota himpunan IMA-G (Gunadharma) lalu kami mengikuti forum sosialisasi (duh ibu lupaa forum sosialisasi apa). Disitu bisa kamu liat, Ibu sedang memakai jahim (jaket himpunan) KMSBM (Keluarga Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen.

Boleh cerita sedikit tentang jaket himpunan KMSBM, di tahun ibu, tidak seperti himpunan pada umumnya, kami mendapatkan jaket “tanpa proses” alias kami ga ada ospek jurusan wkwkkw. Waktu itu ceritanya pada tahun 2008, terpilihlah Ketua Himpunan KMSBM namanya Kak Brian Yohanes W., beliau adalah “panutan” sebagian besar kami anak-anak 2008 SBM. kenapa? Karena beliau yang pertama kali membuat dobrakan!

Dobrakan, dengan menjadi panitia penyambutan mahasiswa baru di ITB. Satu-satunya di SBM angkatan 2007 yang menjadi panitia OSKM. Waktu itu, dia menjadi  Tim bamakarta (maaf kalau salah penulisan), yaitu tim Keamanan. Singkat cerita, ada 3 Tim lapangan di OSKM yang cukup 人気 populer. Yaitu Tim Keamanan, Tim Medik dan Tim Taplok (Tim Penata Kelompok).

Cerita tentang OSKM akan ibu bahas di tempat lain ya, Yang jelas Tim keamanan itu ada 価値nya sendiri, mereka keliatan cool, karena mungkin orientasi mereka itu sulit dn banyak kegiatan fisiknya. Untuk seorang anak SBM mau mengikuti kepanitian OSKM itu memang berat, karena masa-masa pelatihan kepanitian OSKM itu memakan waktu sekali.

Selain itu, bertepatan dengan semester pendek yang harus dijalani anak SBM. Kalau mereka tetap ingin menjadi panitia lapangan (yang pakai absen, kalau sering absen bisa ga boleh jadi panitia, padahal yang mau jadi panitia lapangan banyak dan penuh seleksi), jadi kemungkinan anak SBM tersebut ga akan mengalami libur panjang. Karena pasca semester pendek mereka harus fokus menjadi panitia lapangan OSKM.

Loh kok jadi ngomongin OSKM.

Intinya sih, si kak Brian ini menjadi Kahim dan dia mempunya kebijakan untuk mengubah Jas KMSBM (Jas himpunan SBM) menjadi jaket. Simpel, supaya anak SBM bisa memakai jaket itu kemana2, dan menjadi representasi himpunannya.

Buat anak ITB, Jaket himpunan itu hmmm kedudukannya seperti lebih penting dari jaket almamater. Kesannya jaket himpunan itu lebih punya identitas, representasi dari himpunan mereka, dari kelompok mereka, ya ga ada salahnya juga, karena di himpunan itu pusat aktivitas mereka, bahkan ada yang sampe nginep2 segala (untuk tau cerita segimananya anak ITB dengan himpunannya, Kyoko bisa tanya Mamak Dhika) . Yah begitulah budaya di ITB Kyoko, jadi kalau misalnya kamu iseng jalan-jalan di kampus kamu akan bertemu dengan banyak kakak senior berjalan dengan jaket berwarna kuning- ah itu mungkin anak Geologi, jaket warna merah- Ah itu mungkin anak tambang atau anak matemarika, atau planologi? Atau kamu akan menemui jaket berwarna hitamputih- oh itu mungkin jaket mamang ojek hahaha

Btw, jaket SBM emang awal-awal menimbulkan agak2 kontroversi, mulai dibilang mirip jaket HIMATEK Teknik Kimia sampai ada beberapa kawan yang bilang jaketnya mirip tukang ojek. Aneh banget ya Kyoko hahahha.

 

(Btw, Kyoko, sudah jam 4.28 dan Ibu kayaknya mau berenti disini dulu nulisnya, nanti Ibu lanjut lagi ya. Ibu harus bangunin Ayah soalnya mau sholat Subuh. Ayah lagi 頑張ってるbuat sidang pertama disertasi, kita harus semangatin ayah, ganbattee!)